teringat kata seorang sahabat.
yang menganalogikan sebuah kedekatan dengan orang lain dengan pasir.
"dia seperti pasir, semakin erat genggaman maka dia akan pergi, namun jika tidak digenggam maka dia akan terbang, tertiup angin. dia juga sama kan. semakin dikejar, dia akan lari, namun kalo ga dikejar, ya dia pergi gitu aja", sahabat berkata sambil memperlihatkan genggaman erat tersebut.
aku memang setuju dengan pernyataan kedua : semakin dikejar, dia akan lari, namun kalo ga dikejar, ya dia pergi gitu aja.
namun untuk pernyataan pertamanya, aku belum bisa mengiyakan.
analogi pasir tersebut aga janggal untukku pada saat itu.
karena aku belum pernah memegang pasir seperti yang sahabat peragakan.
aku tidak terlalu ambil pusing. dan aku biarkan berlalu begitu saja.
beberapa waktu kemudian, terbuka pikiranku akan pernyataan sahabat.
pasir itu.........................
semua berawal dari pasir putih yang kulihat.
begitu indah. menampilkan indahnya anugrah Yang Maha Kuasa terhadap bumi ini.
pasir putih itu, ingin kusimpan.
ingin ku masukkan ke dalam toples untuk hiasan dikamarku.
yah, semacam akuarium kecil tanpa air, yang berisi pasir putih itu, kemudian diatasnya diletakkan cangkang kerang dan beberapa batu karang yang kecil kecil.
pasti indah pikirku, selaras dengan cat tembok kamarku yang sudah bernuansa laut.
tanpa berfikir panjang, aku langsung berlari di hamparan pasir putih yang dekat sekali dengan laut biru.
nyiur melambai, angin berhembus.
aku hanya membawa sebuah plastik kiloan di tangan.
aku menikmati indahnya suasana pagi itu.
setelah beberapa lama, baru aku teringat bahwa aku ingin membawa pasir putih itu pulang.
dengan semangat membara, aku langsung mengambil pasir putih itu dengan tanganku.
angin berhembus kencang saat itu.
pasir itu aku genggam dengan erat agar tidak tertiup angin.
lalu aku masukkan pasir putih itu ke dalam plastik yang aku bawa.
aku diam.
pasir dalam genggamanku.
pasir yang telah kumasukkan ke dalam plastik tidak sama jumlahnya dengan pasir yang aku ambil.
kemudian aku melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya.
kuambil pasir yang tersebar begitu luas di pinggir pantai.
dan ku genggam lagi dengan erat agar tidak bertaburan tertiup angin.
kemudian aku masukkan ke dalam plastik.
aku dapati hasil yang sama dengan yang pertama.
pasir yang berada dalam plastik, aku rasa tidak sebanding dengan pasir yang aku ambil tadi.
aku masih penasaran.
kulakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya. namun hasilnya tetap sama.
aku diam.
tertegun.
apa yang salah?
kuambil segenggam pasir.
kuamati bentuknya yang halus.
aku kembali diam.
aku mencoba menggenggamnya dengan erat.
kemudian aku melihat, serbuk serbuk pasir itu jatuh seperti tertiup angin melewati sela-sela jariku.
tidak ada angin saat itu.
aku tertegun.
kemudian aku kembali mengambil segenggam pasir.
kali ini aku tidak sampai menggenggamnya terlalu erat.
aku seperti membuat mangkung dari jemari tanganku.
wadah untuk pasir tersebut.
diam untuk beberapa saat.
aku tersenyum.
pasir pasir itu tidak jatuh melalu sela-sela jemariku.
melainkan tetap pada tempatnya, walaupun angin berhembus dengan kencang.
yah, walaupun ada juga yang tertiup angin, namun tidak banyak.
pasir itu masih berada dalam tanganku.
aku diam.
aku tersenyum.
dan aku segera memasukkan mereka ke dalam plastikku.
aku mencoba kembali mengambil pasir itu.
kali ini aku tidak membentuk mangkuk dengan jariku, namun aku biarkan jemariku mendatar begitu saja.
ternyata dengan mudah pasir itu beterbangan.
pasir itu, ternyata tidak seperti yang kulihat.
ketika aku melihatnya. aku berfikir akan mudah untuk mengambilnya, karena mereka ada banyak. tidak sulit aku rasa untuk mengambil sedikit dari hamparan pasir tersebut.
hanya dengan aku genggam aku pikir aku bisa mendapatkan mereka dalam jumlah banyak.
namun ternyata aku salah.
salah cara mengambil mereka.
pasir tidak dapat digenggam terlalu erat. karena mereka akan jatuh begitu saja.
tidak bisa juga membiarkan mereka begitu saja lepas dalam genggaman.
pasir itu... harus diperlakukan dengan cara yang tepat oleh jemari kita.
seperti membentuk mangkuk dengan jemari, maka pasir akan tetap berada didalam genggaman kita.
teringat kata sahabat. analogi yang aku rasa janggal dahulu.
kini terbukti. aku mengalaminya sendiri.
pasir itu. tidak mudah untuk digenggam.
Just try to "mencurahkan perasaan"
11 years ago
No comments:
Post a Comment