Menjumpai akhir yang kita tunggu sebagai pesta perayaan.
Jika menahan diri untuk tidak membuka hati pada sembarang orang adalah puasa, berjumpa denganmu jadi momen berbuka yang telah ditunggu sekian lama.
#repost
mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya. (nidji-laskar pelangi)
Ketika kita terjun atau akan melakukan suatu hal baru, tidak semua hal itu kita yakini bahwa kita bisa.
Tak jarang kita tak yakin dengan keputusan yang kita buat.
Mungkin kita ragu, dan bertanya: apakah bisa?
Maju dan mundur.
Tarik dan ulur.
Disatu sisi kita harus segera memutuskan apa langkah kedepannya.
Dan tak jarang kita bertanya pada diri sendiri: mau sampai kapan meragu?
Semakin lama kita meragu, akan semakin banyak pertimbangan yang muncul.
And voila! PICKY.
Ya seperti pemilih. Hanya seperti memilih.
Semakin bimbang.
Akan jadi seperti apa nantinya?
Senang atau tidak ya?
Apakah akan mengecewakan atau tidak ya?
Apakah akan bahagia atau tidak ya?
Apakah …….. atau tidak?
……….
…..
Dan terakhir…..
Bisa atau tidak ya?
Ketika kita coba menarik kembali sebuah garis lurus.
Sebuah garis yang benar-benar lurus.
Yang ditarik tanpa semua tambahan pertimbangan yang tidak perlu.
Akar dari semua kebimbangan.
Jawaban atas keraguan.
Yang terjadi sebenarnya adalah keraguan diri sendiri atas keinginan kita tersebut.
Kita bukan takut karena tidak bisa.
Tapi karena kita tidak yakin apakah kita MAU.
Ini bukan perihal bisa atau tidak, tapi mau tidak mau.
Ya mungkin tidak bisa diaplikasikan pada semua keadaan.
Ini hanya salah satu kondisi.
Jika pada saat awal mencoba memijak, kita sudah tidak yakin, apakah kita mau atau tidak.
Maka dipijakan selanjutnya kita akan goyah, sekalipun kita bisa.
Akan ada banyak hal yang menggoyahkan kita, apabila seiring berjalannya waktu dan seiring pijakan yang diambil, kita tidak memantapkan keinginan kita tersebut.
Ya tiap orang ada pertimbangannya masing-masing.
Dan segala sesuatu memang patut dipertimbangkan.
Sampai batas tertentu.
Namun apabila keraguan sudah ada pada awal langkah, dan keraguan itu tidak berubah menjadi sebuah kemantapan.
Tinggal menghitung waktu saja, sampai kapan kita sanggup bertahan dengan pertentangan batin kita sendiri.
Sekali lagi.
Ini bukan perihal bisa atau tidak, tapi mau tidak mau.
Jika kita mau, tapi mungkin kita kurang merasa bisa.
Pada waktunya kita akan bisa.
Semua butuh waktu.
Waktu untuk belajar.
Pertanyaan mengenai: bisa atau tidak ya? Pasti akan muncul.
Namun akan menjadi semangat dan energi positif apabila kita mau.
Sehingga menjadi bisa.
Keinginan itu haruslah sebuah keinginan yang muncul dari diri sendiri.
Karena semua itu kita yang menjalani.
Kita yang tau bagaimana cara menjalaninya.
Masing-masing dari kita punya cara masing-masing dalam berjalan menyusuri perjalanan dari sesuatu yang kita inginkan.
Tidak semua hal bisa kita coba-coba.
Selama kita tidak yakin, sebaiknya difikir kembali apabila kita mau mencoba.
Karena bisa membuat semacam perasaan: bukan ini yang saya maksud.
Ketika keraguan itu melibatkan banyak pihak, tidak menutup kemungkinan akan menyulitkan pihak terkait.
Memberikan bekas yang mungkin tidak dapat dilupakan.
Penting bagi kita untuk memantapkan dan mendefinisikan keinginan kita.
Memastikan hati atas apa yang kita inginkan.
Jangan gegabah dan merasa dikejar waktu.
Waktu tidak pernah mengejar kita, karena mereka berjalan konstan.
Hanya kita saja yang membuatnya seperti ‘mengejar’.
Jadilah seperti anak kecil yang tau apa yang diinginkan dan akan berusaha keras untuk mencapainya tanpa berfikir banyak hal. Tanpa menyakiti orang lain.
Satu tujuan. Satu keinginan.
If there’s a will, there’s a way.
Please, remember that.
Teringat kata rekan kerja saya ketika sharing suatu tema. Diakhir perbincangan terceletuk lah sebuah hal yang sebenernya diluar tema tersebut. Namun hal itu paling mengena.
"Temenku cerita... Pagi hari sebelum kekantor temennya temenku berdoa supaya menjadi orang yang lebih sabar. Dan dikantor ada aja hal yang membuat dia marah. Mulai dari hal kecil sampai besar. Emosinya naik terus. Kemudian ketika malam hari, temennya temenku mengingat ingat kejadian satu hari itu, menurutnya, hari itu sungguh menguji kesabarannya.
Dan teringatlah ia kalau pagi harinya ia berdoa kepada Tuhan agar menjadi orang yang lebih sabar. Keesokan harinya, temenya temenku berdoa lagi, doa yang sama. Namun ditambahkan : ya Tuhan, ujiannya jangan terlalu berat, saya masih belajar."
..........
................
Dan dari cerita itu pun saya terhenyak. Seperti bangun dari tidur yang cukup panjang.
Ya. Kita selalu diuji.
Kita sering berkeluh kesah atas apa yang kita hadapi.
Namun, sadarkah kita bahwa hal yang dikeluh kesahkan mungkin saja adalah ujian.
Jawaban atas doa-doa yang pernah kita mohonkan.
Ingin menjadi lebih sabar, diberi ujian kesabaran.
Ingin menjadi lebih pintar, diberi ujian kecerdasan.
Ingin menjadi lebih bijak, diberikan pilihan-pilihan.
Ingin menjadi lebih tenang, diberi sebuah kecemasan.
Semua pasti diuji.
Ujian itu untuk membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi.
Tingkatan yang kita inginkan.
Dan akan bertahap.
Tidak ada yang instan.
Ujian itu bisa datang kapan saja.
Siap tidak siap.
Harus kita hadapi.
Dan berikan yang terbaik.
Cobaan itu pasti akan berlalu.
Ketika sudah berlalu, kita akan tersenyum melihat masa itu.
Senyum bangga, karena kita bisa melewatinya.
Ada masa dimana kita harus memilih. Menentukan langkah kaki kedepan.
Ada masa dimana kita tidak yakin dan ragu atas apa yang kita pilih.
Walaupun sebenernya kita yang memilihnya.
Ada masa dimana kita merasa tidak sanggup atas pilihan kita.
Tidak tau lagi apa yang harus dilakukan.
Ada masa dimana kita merasa semua salah. Keadaan tidak berpihak pada kita.
Yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi namun benar-benar beyond expectations.
Ada masa dimana kita harus menjaga perasaan diri sendiri. Sudah letih menjaga perasaan oranglain, karena mereka tidak peduli.
Ada masa ketika suara yang kita keluarkan tidak bermakna sama sekali.
Tidak bisa merubah apapun.
Ingin teriak.
Tapi tak dapat didengar.
Dan pada akhirnya
Ada masa dimana kita memilih untuk diam.
Bukan bentuk penolakan ataupun penerimaan.
Hanya ingin hening.
Terdiam. Termenung.
Bukan meratapi.
Tapi benar-benar diam.
Mungkin memang hanya diam yang ingin kita lakukan.
Dan mungkin hanya diam yang dapat kita lakukan.
Tampak menyenangkan berdiri di ujung bukit itu.
Dapat melihat sekitar dengan jelas.
Hamparan rumput hijau yang terbentang luas dengan bunga-bunga yang indah.
Cahaya lampu kota ketika malam bak bintang dilangit.
Tampak menyenangkan semua itu, apabila kita berdiri di ujung bukit itu.
Tampak menyenangkan berdiri di ujung bukit itu.
Dapat menghirup udara sejuk diatas bukit.
Udara sejuk.
Suara angin yang syahdu, bagaikan sebuah simfoni yang indah.
Tampak menyenangkan berdiri di ujung bukit itu.
Kita ada disini. Ya disini.
Selalu ingin berada di ujung bukit itu.
Merasa bahwa akan tampak lebih indah jika berada disana.
Ketika kau berdiri disana.
Apakah semua bayanganmu jika berada disana adalah benar?
Apakah merasakan bahagia yang kau bayangkan?
Ya.
Ya. Ada sebagian yang benar dan.....
Tidak.
Tidak semuanya sama.
Tidak semua yang dibayangkan adalah sesuai dengan bayangan kita.
Semakin terkejutlah kita karena mereka yang ada disana tampak bahagia.
Membuat kita yang ada di sini ingin merasakan berada disana.
Namun setelah berada disana, tidak semua sesuai dengan bayangan kita.
Ya. Mereka bahagia karena mereka bersyukur dan menikmati apa yang bisa mereka nikmati.
Mensyukuri segala yang ada dihadapan mereka.
Mungkin saja mereka sebenarnya ingin berada disini, bukan disana.
Hanya kita tidak tahu.
Lihatlah kita disini.
Tidak kurang apapun.
Mungkin saja kurang menikmati itu semua, sehingga mereka yang ada diujung bukit nampak lebih indah.
Mungkin juga bosan.
Mungkin, apa saja mungkin.
Siapkan diri.
Untuk apapun yang mungkin dan bahkan tidak mungkin terjadi.
Karena tidak ada yang tau kemana kita akan berada.
Apakah disana, atau ditempat lain yang mungkin diluar dugaan.
Dimanapun itu, apapun itu.
Tempat itu adalah mungkin yang terbaik untuk kita.
Lihatlah nilai positif dibalik itu semua.