9.06.2014

kaca kehidupan

0 komentar
Lihatlah sekitar.
Perhatikan sejenak sekeliling kita.
Mungkin sedang hening, atau
mungkin sedang ramai.

Jalanlah ke keramaian.
Sebuah tempat dimana ada banyak orang.
Benamkan dirimu kedalam keramaian itu.
Heningkan dirimu, seakan kamu dapat mengawasi mereka satu persatu.

Pejamkan mata sesaat.
Tarik nafas panjang.
Rasakan sebuah ketenangan yang terselip diantara keramaian dan hingar bingarnya tempat itu.

Tenang dan hening, ditengah keramaian.

.......
..........

Lihatlah sebuah kedai yang ada kaca jendela besarnya.
Bayangkan kita dapat melihat seluruh isinya, setiap detail didalamnya.
Dari depan.
Satu per satu.

Berjalanlah menuju pintu dan masuklah kedalam kedai itu.
Apa yang kita lihat pasti akan berbeda dengan yang dilihat dari luar.
Dari dalam nampak ada yang berbeda dengan yang kita lihat dari luar.
Bahkan mungkin ada sesuatu yang tidak nampak dari luar.

Berjalanlah kembali menuju pintu dan keluar kedai itu.
Perhatikan lagi dari luar aktivitas di kedai itu.
Apa yang kita pikirkan ketika kita berada diluar dan melihat kedalam kedai?
Hanya komentar yang pasti akan terujar.
Asumsi semata.

Masuklah lagi kedalam.
Apakah asumsi dan komentar dari luar masih sama ketika berada didalam kedai itu?
Dan apakah kita sadar, ketika kita didalam kedai, selalu ada orang yang mungkin kita tidak kenal, mengamati kedai dari luar kemudian berasumsi dan berkomentar mengenai kita?

......
........
Tidak. Jawabannya tidak.
.........
......

Asumsi dan komentar kita diluar kedai TIDAK sama dengan asumsi dan komentar kita ketika berada didalam kedai. Terlebih lagi, komentar kita terhadap sebuah aktivitas akan berbeda signifikan ketika kita yang melakukan aktivitas itu.

Dan kita TIDAK sadar apabila ada orang yang mengamati dari luar.

Ya semua itu tak lain karena sebuah kaca.
Sebuah benda yang tembus pandang, yang membuat kita dapat melihat isi didalamnya.

Namun, kaca tersebut telah membatasi pandangan serta pendengaran kita, sehingga kita tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Hanya bisa melihat dari luar, berasumsi dan berkomentar. Pikiran masing-masing.

Dan kaca itu membuat keadaan menjadi kedap. Tak jarang kita tidak sadar bahwa ada sesuatu yang sedang mengawasi dan mengamati kita.

Itulah kaca kehidupan.


Ya kaca, bukan cermin.
Tanpa sadar, kita selalu dapat menatap kaca itu.
Terkadang kita seakan berada diluar kaca, terkadang berada didalam.

Karena sebenarnya kaca itu bukanlah sebuah wadah tertutup.
Kaca itu adalah sebuah lapisan yang selalu berada di depan kita, tidak mengekang dan tidak mengikat kita.
Karena itulah terkadang kita tidak dapat membedakan posisi kita, apakah didalam atau diluar.
Apakah sedang diawasi atau mengawasi.

Kaca itu bukanlah suatu penghalang atau pelindung atas kelakuan atau asumsi kita.
Kaca itu adalah pengingat kita, atas apa yang kita lakukan atau mungkin akan kita lakukan.
Pengingat atas asumsi yang mungkin sudah terucap atau baru terfikirkan.
Kaca itu adalah pengingat supaya kita dapat menjadi lebih bijak.
Karena tidak selamanya kita hanya mengawasi, tapi tanpa sadar pun kita juga sedang diawasi.

Kaca itu ada.
Selalu ada didepan kita.
Agar kita selalu dapat mawas diri terhadap lingkungan sekitar.

Tidak jarang, asumsi kita menjadi bumerang untuk diri kita sendiri.
Ya sekali lagi, kita mungkin tidak sadar ada yang mengawasi kita atas tindakan dan komentar kita.

Setiap orang memiliki kaca kehidupannya masing-masing.
Berbeda tebalnya, kekuatannya, bahkan sampai warnanya.
Hanya mereka sendirilah yang mengetahui keberadaan kaca kehidupannya.
Karena itulah, terkadang kita sama sekali tidak bisa melihat seseorang lebih dekat, karena dia telah membatasi dirinya.
Atau tak jarang juga, kita dapat melihat semuanya dari seseorang, ya itu karena dia mengizinkan kita untuk melihatnya.

Walaupun kaca itu tipis, tapi tetap tidak dapat dihancurkan.
Karena setiap dari kita memiliki bagian yang tidak ingin diketahui lebih jauh oleh orang lain.
Ada sebuah rahasia diri yang tak ingin diungkap.

Kaca kehidupan mengajarkan kita betapa pentingnya berfikir dua kali untuk mengutarakan atau melakukan sesuatu terhadap tindakan orang lain.
Karena setiap orang memiliki alasannya masing-masing atas apa yang mereka lakukan, yang mungkin tidak sesuai dengan pemikiran kita. Dan mungkin sebenarnya juga tidak ingin mereka lakukan.

Namun tak jarang juga, orang tidak peduli dengan apa yang dilihatnya.
Tapi terfokus pada apa yang akan orang lain lihat atas dirinya.

Hidup itu tidak hanya mengenai diri kita, tapi juga lingkungan sekitar.
Tak perlu mengejar kesempurnaan diri, karena jika dipaksakan akan menjadi sebuah kepalsuan.
Well, no body is perfect.
Jadilah pribadi yang baik dan berguna untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Berkacalah pada kehidupan sendiri ataupun orang lain.
Agar dapat lebih mawas diri, atas apa yang akan dilakukan dan diucapkan bahkan yang dipikirkan.
Selalu ada hal yang dapat dipelajari apabila kita mau membuka mata, hati, dan telinga untuk lebih peka terhadap sekitar.

Tidak ada kata terlambat untuk memulainya, berkaca.


Kita ada untuk mereka.
Dan
Mereka ada untuk kita.

nindy

My photo
a cheerful girl, can't stop laughing and always try to give her best smile.. =)
 

awan sejuta mimpi... Design by Insight © 2009

This template is brought to you by : allblogtools.com | Blogger Templates